Menjadi Aku

I am curious why people hate their activities. “Benci harus balik merantau.” Dengan foto tiket maskapai biru. Padahal udah menghabiskan waktu di kampung halaman -/+ 2 minggu (lebaran).

“I hate monday,” dengan background segelas kopi berlambang si nyoya berambut panjang. Padahal (terlihat dari perusahaannya) gaji gede, benefit bagus, lingkungan oke. (Who knows)

“Back to reality a.k.a MACET!!” di atas mobil pribadi ataupun taksi online.

Gue penasaran mereka beneran benci atau cuma untuk eksis aja.

Atau otak gue yang terlalu picik.

They hated their activities while i was busy complaining my self:

1. Why you can’t get a new (…) yet?

2. Why you don’t start to (…) yet?

3. Why you gini-gini aja belum ada perkembangan huhu..

Cobalah menjadi aku. Menyenangkan. Menenangkan.

Cobalah menjadi aku. Biar berkeliling ke dalam pikiranku yang sesak, riuh, kadang juga ricuh.

Cobalah menjadi aku, nikmati hati yang sunyi, sepi.

Menjadi aku, mimpi ku gantung dimana-mana, sulit diraih untuk ku dekap, hanya menghasilkan air mata dan sesak.

Cobalah menjadi aku, menyembunyikan air mata di bilik tawa, dan senyum di antara kerumun.

Cobalah menjadi aku. Menatap langit untuk setidaknya merasa lega,

Ah, cobalah menjadi aku. Bersembunyi dalam senyum, menelan pahitnya kata.

Cobalah menjadi aku. Dan percayalah, kau tak akan melakukannya lebih baik.


Comments (0)
Add Comment